Salam kicau mania.Ini merupakan sepenggal kisah saya pribadi tentang pertama kalinya menjadikan hobi seperti teman hidup sendiri. Diawali sejak 24tahun yang lalu, waktu itu saya baru berumur 5tahun. Waktu itu bermula di pagi hari saya dan nenek saya bermaksud untuk mengunjungi sanak saudara di kampung desa cipanjak kec.parongpong kab.Bandung. Pada waktu itu saya berdomisili di daerah gegerkalong kota.Bandung.
Dengan keadaan waktu itu waktu tempuh dengan berjalan kaki selama 4jam tuk sampai ke tujuan. Dalam perjalan tuk sampai kesana saya dan nenek saya berjalan melewati banyak perkampungan, pesawahan serta perkebunan. Ini merupakan peluang usaha bagi nenek saya tuk menjadikan sebuah perjalanan menjadi ladang penghasilan. Dengan tubuh rentanya nenek saya berjalan menyusuri pesawahan, perkebunan serta perkampungan sambil menawarkan barang dagangan berupa macam-macam pakaian. Meski perjalanan cukup jauh tapi saya dan nenek saya tidak merasa kecapean karena banyaknya orang perkampungan yang memberi makanan dan minuman selama menjajakan barang dagangan dalam perjalanan.
Singkat cerita sampailah kita ketujuan tuk bertemu dengan sanak sodara. Banyak yang menyambut atas kedatangan kita disana. Kami pun masuk kerumah uwa(kakak nenek saya) tuk beristirahat. Dengan gembiranya uwa menyambut nenek saya mereka pun berbincang dengan satainya. saya hanya bisa tertegun dan terdiam karna dirumah uwa begitu banyak burung pipit dalam sangkar. Dalam hati berharap ingin sekali saya tuk bawa pulang burung pipit itu tuk jadi peliharaan di rumah.
Dikarenakan banyaknya pesawahan waktu itu, keponakan nenek saya suka menangkap burung pipit hingga bayak, selaim tuk rawatan juga bisa dijadikan lauk tuk makan sehari-hari (ma'lum orang kampung). Sampailah saatnya untuk saya dan nenek saya berpamitan untuk pulang. Dengan senangnya permintaan saya pun di kabulkan oleh keponakannya nenek saya. Saya di bekali 8ekor burung pipit tuk dirawat dirumah.
Tak tau mengapa selama dalam perjalanan saya merasa begitu sangat senang tapi sekaligus heran. Selama dalam perjalanan pulang saya selalu menghitung jumlah burung yang saya bawa, saya pun sering bertanya pada nenek saya "ma, saya hitung-hitung ko burungnya kaya berkurang ma..?" "hitung lagi yang benar jang, kok bisa kurang sih? gak mungkin kandangnya juga ga apa-apa" seraya nenek berkata. Saya pun terdiam dan mengangguk dan tidak lagi menghiraukan burung yang saya jinjing itu. Tetapi saya selalu merasa heran karna benar adanya burung saya itu selalu berkurang.
Benar juga perasaan saya, sesampainya di rumah burung pipit yang saya bawa itu tinggal 1 ekor lagi. Saya pun bergegas ngasih tahu ayah saya tuk buatkan sangkar dari ram kawat karna takut lepas lagi. Setelah ayah saya membuatkan sangkar dari ram kawat lalu saya pun bergegas memindahkannya. Saya merawatnya dengan penung kasih sayang tak lupa memberinya makan dan minum. Tetapi tak tau mengapa burung saya pun mati setelah 2 minggu saya rawat dengan penuh kasih sayang.
Apa boleh buat tuhan pun berkata lain meski kita berusaha dan mengorbankan banyak waktu tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga apa yang kita tuju selalu gagal. Jadi pengalaman adalah guru sejati yang menuntun kita tuk menjadi kenyataan apa yang kita tuju.
Demikian lah sepenggal kisah dari saya semoga bisa di ambil hikmahnya. Dengan kisah inilah saya sampai sekarang menyayangi dan menekuni hobi saya dalam perburungan. wassalam kicau mania.